180 Siswa Sekolah Rakyat 13 Bekasi Sambut MPLS dengan Semangat Baru

Hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat Menengah Atas 13 Bekasi berlangsung penuh antusiasme. Sebanyak 180 siswa dari Kota dan Kabupaten Bekasi hadir di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) untuk mengikuti rangkaian orientasi yang dimulai sejak pagi hari. Kepala SRMA 13, Lastri Fajarwati, memastikan para siswa menjalani proses registrasi, pengecekan barang bawaan, dan persiapan tinggal di asrama secara tertib sebelum berlanjut ke kegiatan MPLS sepekan penuh.

Kegiatan harian siswa dimulai pukul 06.30 WIB dan berlangsung hingga pukul 17.15 WIB. Selain menerima pelajaran akademik, siswa juga menjalani pembelajaran vokasi dari tenaga pengajar yang kompeten. Pada pagi hari mereka mengikuti rangkaian kegiatan keagamaan, mulai dari tadarus Al-Qur’an hingga salat berjemaah, dilanjutkan aktivitas persiapan sekolah. Siang dan sore hari diisi dengan mentoring oleh wali asuh, sementara malam hari difokuskan pada pembentukan karakter.

MPLS SRMA 13 Bekasi mendapat inspeksi langsung dari Wakil Menteri Sekretariat Negara, Juri Ardiantoro. Ia menyatakan ikut terharu melihat antusiasme siswa dan kualitas fasilitas sekolah. Menurutnya, sekolah rakyat seperti ini menjadi bukti nyata keberpihakan negara terhadap anak-anak dari keluarga ekonomi terbatas—membuka akses pendidikan berkualitas, sekaligus membekali mereka dengan keterampilan dan karakter yang kuat.

Pada hari kedua, kegembiraan siswa makin terlihat. Hari diawali dengan olahraga bersama di kompleks sekolah, dan dilanjutkan dengan pengisian biodata diri serta sesi perkenalan antar siswa yang berlangsung interaktif. Aktivitas ini bukan sekadar formalitas, melainkan inisiasi awal pengembangan ikatan komunitas dan semangat kolektif dalam lingkungan asrama.

Selain rutinitas sekolah dan olahraga, MPLS juga menghadirkan edukasi tanggap darurat dari tim TAGANA, Kementerian Sosial. Siswa diberi simulasi dan teori dasar penanganan situasi darurat—sebuah langkah edukatif yang menempatkan mereka sebagai individu yang tidak hanya belajar, tapi juga paham prosedur aman dalam kondisi kritis.

Seorang siswa, Habib, menyampaikan bahwa kehadiran fasilitas lengkap di SRMA 13 membuat suasana belajar terasa menyenangkan dan bermakna. “Seru banget karena fasilitasnya di sini lengkap, jadi terasa banyak aktivitas yang bisa dilakukan,” ujarnya. Sementara itu, seorang wali murid, Wuryani, menyatakan rasa syukurnya karena anaknya mendapat akses pendidikan yang selama ini terasa tak mungkin ia beri.

SRMA 13 Bekasi menunjukkan bahwa pendidikan inklusif—yang menyentuh mereka yang kurang mampu secara finansial namun tetap menjunjung kualitas dan karakter—bukan sekadar idealisme, tetapi nyata terealisasi. Antusiasme siswa dan dukungan orang tua, dipadu fasilitas memadai serta pembelajaran terstruktur, menjadi bukti bahwa pendidikan berkualitas dapat dihadirkan tanpa mengabaikan aspek aksesibilitas dan keadilan sosial.

Leave a Response