Langkah Cepat Kota Bekasi Perkuat Deteksi Dini TBC untuk Redam Penularan

Kota Bekasi — Menghadapi lonjakan penyakit Tuberkulosis (TBC), jajarannya berjalan cepat: Pemerintah Kota Bekasi memperkuat strategi deteksi dini demi menghentikan rantai penularan yang selama ini menjadi ancaman kesehatan publik.

Menurut data pemerintah daerah, hingga awal 2025, angka kasus di Kota Bekasi sudah masuk kategori tinggi — tercatat lebih dari 3.700 kasus hanya dalam empat bulan pertama tahun ini. Menyadari hal tersebut, Pemkot Bekasi memacu berbagai program mulai dari skrining massal hingga rontgen dada dan pelacakan kontak erat pasien.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan bahwa penanggulangan TBC tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan semata, melainkan butuh kolaborasi lintas instansi—dinas kesehatanpendidikanpasar, hingga fasilitas kerja. Dengan demikian, pembentukan Tim Percepatan Penanggulangan TBC (TP2TB) di daerah pun menjadi prioritas agar kerja sama antar­wilayah dan pusat berjalan efektif.

Di lapangan, skrining gejala TBC dilakukan tidak hanya di rumah sakit dan puskesmas, tetapi juga di sekolah, tempat kerja, bahkan lokasi dengan populasi risiko tinggi, seperti asrama dan pasar. Program ini meliputi pemeriksaan rontgen dada dan pengambilan sputum bagi yang terindikasi untuk memastikan kasus tersembunyi dapat ditemukan lebih awal.

Upaya ini dianggap penting karena deteksi yang terlambat sering menyebabkan penularan terus berlangsung dan membuat angka kesembuhan menurun. Dengan mempercepat skrining dan pengobatan sejak awal, Pemkot berharap mampu menekan angka penyakit dan menghindarkan beban sosial-ekonomi bagi warga.

 

Ke depan, Pemkot Bekasi menegaskan akan terus meningkatkan akses layanan, memperkuat edukasi ke masyarakat tentang gejala dan pentingnya pengobatan tuntas, serta memperkuat data dan pelaporan untuk memetakan kawasan rawan penularan secara lebih akurat. Bila semua elemen bergerak bersama, target eliminasi TBC di tingkat daerah bukanlah mustahil.

Leave a Response